POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN Baca Selengkapnya: Cara Membuat Tulisan Berjalan (Marquee) Pada Blog http://bisikan.com/cara-membuat-tulisan-berjalan-marquee-pada-blog#ixzz3wZFfWukQ

Rabu, 06 Januari 2016

Laporan Praktikum TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang
            Dalam era Modern ini banyak masalah-masalah yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup, sehingga membuat bangsa Indonesia terhalangi untuk menjadi bangsa yang sejahtera. Pencemaran lingkungan salah satunya yaitu pencemaran tanah, dimana pencemaran tanah di sebabkan oleh sampah padat . Baik itu sampah organik maupun sampah anorganik yang berbahaya dan sulit dikelola. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.  Sampah juga merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
            Banyak orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti dipinggiran kali, pinggir jalan, bahkan ditempat orang berbelanja bahan makanan yaitu pasar. Tumpukan sampah menggunung dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Hal itu sangat mengganggu aktivitas orang-orang dipasar, tetapi sampah itu menumpuk karena ulah orang-orang itu sendiri.
            Selain sampah padat, limbah cair dari tumpukan sampah juga sangat mempengaruhi terjadinya pencemaran badan air. Air lindi atau leachate terbentuk oleh air hujan yang merembes ke dalam timbunan sampah, dan kandungan air tanah yang tinggi. Air hujan yang merembes menimbulkan aliran dan membawa bermacam-macam zat yangterdapat dalam sampah seperti nitrit, nitrat, metan, karbon dioksida, sulfat,sulfida, amoniak, air dan mikroorganisme (Damanhuri 1993).
            Banyak kasus yang disebabkan oleh sampah dan limbah padat apabila tidak diolah secara benar dan tepat, contohnya saja gangguan bau yang menusuk dan pemandangan (keindahan/kebersihan) yang menarik perhatian panca indera kita. Selain itu, berbagai macam penyakit juga banyak bermunculan, Penyakit-penyakit yang diakibatkan antara lain diare, disentri, kolera, tifus, hepatitis dan penyakit lainnya.

     B.     Rumusan Masalah
1.       Bagaimana kualitas pemeriksaan kimia air lindi di TPST Piyungan?
2.       Berapakah kadar Pb dalam tanah di TPST Piyungan ?
3.       Bagaimana kualitas pemeriksaan fisik tanah di TPST Piyungan ?
4.       Bagaimana kualitas pemeriksaan mikribiologi tanah di TPST Piyungan ?
5.       Berapakah jumlah kepadatan Lalat di TPST Piyungan ?

      C.    Tujuan Praktikum
1.       Mengetahui kualitas pemeriksaan kimia (BOD, COD, TSS,) air lindi di TPST Piyungan
2.       Mengetahui kadar Pb dalam tanah di TPST Piyungan.
3.       Mengetahui kualitas pemeriksaan fisik tanah di TPST Piyungan
4.       Mengetahui kualitas pemeriksaan mikrobiologi tanah di TPST Piyungan
5.       Mengetahui  jumlah kepadatan Lalat di TPST Piyungan













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

     A.    Dasar Teori
1.      Sampah
      Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Berdasarkan sifatnya, sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
a.       Sampah Organik
           Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.
b.      Sampah Anorganik
            Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.
2.      Air Lindi
      Air lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk materi organik hasil proses dekomposisibiologis (Tchobanoglous 1993). Lindi tersebut merupakan cairan yangterbentuk karena adanya air hujan yang merembes ke dalam timbunansampah dan menimbulkan aliran yang melarutkan zat-zat yang terdapatdalam sampah seperti nitrat, nitrit, metan, , sulfat, sulfide, air dan mikroorganisme (Damanhuri 2008). Air lindi yang tidak terolah dapat meresap ke dalam tanah yangberpotensi tercampur dengan air tanah sehingga menimbulkan pencemaran tanah, air tanah dan air permukaan. Komposisi lindi berbagai macam TPS memiliki nilai berbeda-beda. Pada TPS yang semakin tua menghasilkan molekul organik yang sulit terdegradasi ditunjukkan dengan rendahnya rasio BOD/COD dan tingginya nilai NH-N (Purwanta, 2007)

3.      Pemeriksaan fisika Tanah (pH dan Kelembaban)
      Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Pemeriksaan kualitas fisik tanah yang dilakukan meliputi : suhu, pH dankelembaban   tanah.  Suhu   atau   disebut   temperatur   tanah   menunjukkan derajat   panas   dari   tanah   tersebut.   Suhu   tanah   berpengaruh   terhadap penyerapan air. Makin rendah suhu, makin sedikit air yang di serap oleh akar. Kelembaban   tanah merupakan konsentrasi uap air yang terkandung dalam tanah. Kelembaban tanah diperiksa dengan menggunakan hygrometer. pH tanah menunjukkan  derajat keasaman  tanah  atau keseimbangan   antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka   suasana   tanah   menjadi   basa. pH tanah yang optimal adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya mengakibat   rendahnya   ketersediaan   unsur   hara   penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak tanah. Pengukuran pH tanah bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan kertas lakmus, pH indikator dan pH soil tester. Pengukuran yang paling akurat adalah menggunakan pH soil tester.

4.      Pemeriksaan Kimia Air Lindi
a.       DO (Dissolved oxygen)
            Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara (Fardiaz, 1992). Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah jumlah kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan, fotosintesis dan kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang masuk ke badan air, sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan unsur-unsur nutrien di perairan (Wetzel, 2001).

b.      BOD (Biochemical Oxygen Demand )
            Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5(APHA, 1989). Nilai BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organic (Effendi, 2003). Nilai BOD5ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme melalui proses biologi.

                                    Kategori kekuatan organik lindi
Kategori kekuatan lindi
Kisaran konsentrasi (mg/l)
COD
BOD5
Rendah
< 1.000
220 – 750
Sedang
1.000 – 10.000
750 – 1.500
Tinggi
> 10.000
1.500 – 36.000
Sumber : Pohland dan Harper, 1985

c.       COD
            Chemical oksigen demand (COD) adalah ukuran kapasitas air untuk mengkonsumsi oksigen selama dekomposisi organik materi dan oksidasi kimia anorganik seperti amonia dan nitrit. COD pengukuran biasanya dilakukan pada sampel air limbah atau perairan alami terkontaminasi oleh limbah domestik atau industri.Oksidan yang digunakan umumnya dalam tes COD kalium dikromat (K2Cr2O7) yang digunakan dalam kombinasi dengan didih asam sulfat (H2SO4). Karena oksidan kimia ini tidak spesifik untuk memakan bahan kimia oksigen yang organik atau anorganik, kedua sumber kebutuhan oksigen diukur dalam uji COD.
            Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium dikromat ditera dengan cara titrasi. Sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan. Arti penting pengetahuan nilai COD dalam pengendalian limbah industri yaitu untuk dapat mengetahui seberapa berbahayanya suatu limbah hasil produksi pada industri. COD mempunyai batasan nilai ambang batasnya agar suatu buangan limbah tersebut yaitu sungai, danau atau laut dalam keadaan baku mutu air. Dengan mengetahui tingkat tinggi rendahnya dapat langsung mengatisipasi berbahayanya limbah tersebut untuk kelangsungan hidup. Nilai COD tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut telah tercemar.

d.      TSS
            Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution, 2008) .
            TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.

5.      Pemeriksaan Mikrobiologis Tanah
a.       Cacing Tanah
            Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih tinggi prevalensinya, terutama di daerah yang  beriklim tropis seperti Indonesia.  Hal ini merupakan masalah kesehatan masyarakat  yang masih perlu ditangani. Penyakit infeksi yang disebabkan cacing itu dapat dikarenakan  di daerah tropis khususnya Indonesia berada dalam posisi geografis dengan temperature serta kelembaban  yang cocok untuk perkembangbiakan cacing dengan baik (Kadarsan,2005).
            Hasil survey di beberapa tempat menunjukkan prevalensi  antara 60%-90% pada anakk usia sekolah dasar.  Salah satu penyakit infeksi  yang masih banyak terjadi pada penduduk di Indonesia adalah yang disebabkan golongan Soil-Transmitted Helminth,  yaitu golongan nematode usus yang dalaam penularannya atau dalam siklus hidupnya melalui media tanah. Cacing yang tergolong dalam Soil-Transmitted Helminth adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis serta cacing tambang yaitu Necator americanus dan Ancylotoma duodenale (Siregar, 2006)
b.      Jamur Pada Tanah
            Jamur adalah semua anggota Fungi dan beberapa organisme yang pernah dianggap berkaitan seperti jamur lendir dan bacteria. Jamur dapat pula diartikan sebagai tubuh buah yang lunak dari sekelompok anggota Fungi yang biasanya muncul pada permukaan tanah atau substrak tumbuhnya. Berkaitan dengan pemanfaatan selulosa, jamur tanah akan membentuk kolonisasi tertentu. Pengamatan jamur tanah di TPA perlu dilakukan untuk menginventarisasi jamur tanah yang tumbuh pada tanah TPA dan mengamati bentuk atau pola jamur pada tanah di TPA.
            Tanah sehat dan subur merupakan system hidup dinamis yang dihuni oleh berbagai organism (mikro flora, mikro fauna, serta meso dan makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem untuk membentuk tropik rantai makanan (Simarmata et al, 2003).

6.      Pb dalam Tanah
      Timbal/Timah hitam (Pb) tergolong kedalam logam berat, yang dalam sistem periodik unsur ini terletak pada unsur golongan IV A, dan periode ke 6. Timah Hitam mempunyai berat atom 207,21; berat jenis 11,34; bersifat lunak serta berwarna biru atau silver abu - abu dengan kilau logam, nomor atom 82 mempunyai titik leleh 327,4ºC dan titik didih 1.620ºC.Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme.
      Timbal biasanya ditemukan di dalam batu - batuan, tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya berbentuk timbal organik. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat ditemukan di udara sebagai partikel. Karena timbal merupakan sebuah unsur maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan. Timbal banyak dimanfaatkan oleh kehidupan manusia seperti sebagai bahan pembuat baterai, amunisi, produk logam (logam lembaran, solder, dan pipa), perlengkapan medis (penangkal radiasi dan alat bedah), cat, keramik, peralatan kegiatan ilmiah/praktek (papan sirkuit/CB untuk komputer) untuk campuran minyak bahan - bahan untuk meningkatkan nilai oktan.

7.      Kolonisasi Lalat
      Lalat mempunyai sifat kosmopolitan, artinya kehidupan lalat dijumpai merata diseluruh permukaan bumi. Diperkirakan diseluruh dunia terdapat lebih kurang 85.000 jenis lalat, tetapi semua jenis lalat terdapat di Indonesia. Jenis lalat yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilia sertica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latrine (Fanniacanicularis). Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Penularan penyakit terjadi secara mekanis, dimana bulu–bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal dari sampah, kotoran manusia, dan binatang. Bila lalat tersebut hinggap ke makanan manusia, maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan oleh manusia sehingga akhirnya akan timbul gejala sakit pada manusia yaitu sakit pada bagian perut serta lemas. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain disentri, kolera, thypus perut, diare dan lainnya yangberkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk (Depkes, 2001).

8.      Kondisi Lapangan
      Praktik lapangan yang praktikan lakukan pada hari Rabu, 2 Desember 2015 adalah bertempat di TPST Piyungan. TPST Piyungan berdiri sejak tahun 1996 dengan luas area sekitar 12,5 hektar. Untuk area sampah menempati kurang lebih 10 hektar, area pengelolaan sekitar 2,5 hektar. TPST Piyungan melayani 3 kabupaten yaitu Sleman, Kodya Yogyakarta dan Bantul. Pelayanan di TPST Piyungan adalah 24 jam dengan sistem timbangan. Pegawai TPST Piyungan adalah 34 outsourcing dan 3 PNS. Di area TPST Piyungan terdapat sapi yang berjumlah sekitar 1200 sapi.
       Untuk penanganan sampah di TPST ini, masih dengan sistem pengelolaan, belum pengolahan. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan cara Sanitary Landfill tiap hari pada 3 zona. Pengelolaan sampah menggunakan alat berat dan truk sampah. Hasil pembusukan sampah organik berupa lindi diolah secara fisik dan kimiawi. Secara fisik menggunakan aerator, sedangkan secara kimiawi menggunakan bahan kimia.  Untuk pengujian kualitas air dan udara di lingkungan TPST Piyungan, dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh BTKL dan Hiperkes. Komplain dari daerah sekitar TPST adalah adanya bau dan lalat.






BAB III
METODE PENELITIAN

     A.    Pelaksanaan
1.      Pengambilan Sampel
Hari,Tanggal         : Rabu, 02 Desember 2015
Tempat                 : TPST Piyungan
2.      Pemeriksaan
Hari,Tanggal         : Kamis, 03 Desember 2015
Tempat                    : Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
      B.     Proses Pengolahan Air Lindi di TPST Piyungan
Pengolahan lindi menggunakan 7 tahapan, yaitu :
1.      Penambahan NaOH
NaOH digunakan untuk proses netralisasi, karena pH air lindi yang asam sehingga pH nya harus dinaikkan terlebih dahulu sebelum diolah.
2.      Penambahan koagulan PAC
Penambahan PAC dimaksudkan untuk pembentukan flok dari partikel-partikel air lindi.
3.      Penambahan Flokukan SOKLIR
Penambahan SOKLIR dimaksudkan untuk pembentukan flok yang lebih besar sehinggan lebih mudah mengendap.
4.      Penambahan Desinfektan
Desinfektan berupa serbuk Kalium Permanganat atau biasa disebut PK.
5.      Filtrasi
Media filtrasi yang digunakan adalah pasir silica dan karbon aktif

6.      Aerasi
Aerasi menggunakan 2 kolam besar dengan 3 unit aerator.
7.      Penambahan kaporit

     C.    Metode Pemeriksaan
a.      Pengambilan Sampel Tanah
1.       Alat dan Bahan :
a)      Tanah
b)      Sendok Semen  (Sekop)
c)      Kantong Plastik
d)     Bor Tanah
e)      Kertas Label
2.      Prosedur Kerja :
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Memilih lokasi dengan tanah yang tidak terlalu banyak plastik agar mudah untuk di bor agar mudah untuk diambil sampelnya
c)      Tanah di bor dengan menggunakan alat bor tanah
d)     Mengambil sampel tanah dengan menggunakan sendok semen (sekop) kemudian memasukkannya ke kantong plastik dan memberi label dengan isi label waktu pengambilan sampel, nama pengambil sampel, dan jenis pemeriksaan.
e)      Membawa sampel ke Laboratorium

b.      Pemeriksaan pH dan Suhu
·         Pemeriksaan pH
1.      Alat dan Bahan
a)      pH- Moisture Meter dan sekop
b)      Tanah
2.      Prosedur Kerja
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Melubangi tanah hingga  15 cm ditanah yang telah di bor
c)      pH- Moisture dimasukkan kedalam tanah yang telah dilubangi
d)     Menggeser tombol ke arah pH untuk mengukur pH tanah dan menggeser tombol kearah kelembaban untuk mengukur kelembaban tanah
e)      Menunggu hingga 15 menit agar konstan
f)       Baca hasil dan catat
·         Pemeriksaan Suhu Tanah
1.      Alat dan Bahan
a)      Termometer dan sekop
b)      Tanah
2.      Prosedur Kerja
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Melubangi tanah hingga  15 cm ditanah yang telah di bor
c)      Termometer dimasukkan kedalam tanah yang telah dilubangi
d)     Menunggu hingga 1 menit agar konstan
e)      Baca hasil dan catat

c.       Pemeriksaan DO, BOD
1.      Alat
·         Botol oksigen 5 buah
·         Buret
·         Statis
·         Tabung ukur
·         Labu erlenmeyer
·         Pipet ukur
2.      Bahan
·         Air sampel
·         Aquades
·         Air pengencer
·         Pereaksi alkali-iodida-azide
·         Larutan MnSO4  20%
·         Larutan H2SO4 pekat
·         Larutan Na2S2O3
·         Larutan amylum
3.      Cara Kerja
a)      Pengujian Oksigen Terlarut (DO)
·         Mengukur volume botol oksigen
·         Botol oksigen dibilas dengan akuades, kemudian dibilas dengan air sampel yang akan diuji
·         Air sampel diisikan ke dalam botol oksigen sampei penuh melalui dinding agar tidak terjadi aerasi, ditutup sedemikian rupa sehingga tidak ada gelembung udara
·         Tutup botol dibuka lagi kemudian ke dalamnya ditambah 2 ml  MnSO4 dan 2 ml pereaksi alkali-iodida-azide.
·         Botol ditutup dengan hati-hati untuk mengeluarkan gelembung udara dan digojok dengan cara dibolak-balik sampai homogen
·         Didiamkan kurang lebih 5 menit sehingga terbentuk  endapan lebih dari 100 ml.
·         Mengamati endapan yang terbentuk
·         Jika terbentuk endapan putih, DO = 0 ppm, maka pemeriksaan dihentikan
·         Jika terbentuk endapan coklat, DO = ada, maka pemeriksaan dilanjutkan
·         Tutup dibuka, kemudian ditambah 2 ml H2SO4 pekat, digojok sampai endapan larut lagi dan terbentuk warna kuning
·         Diambil 200+x ml dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
-          x adalah tumpahan air sampel setelah ditambah MnSO4 dan pereaksi O2
-          x = 200
v = volume botol O2
P = jumlah volume pereaksi yang ditambahkan
·         Dititrasi dengan Na2S2O3 secara cepat sampai warna kuning tua berubah menjadi kuning jerami
·         Ditambah 1-2 ml amylum sehingga terbentuk warna biru
·         Titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat hilang
·         Dicatat volume titrasi
b)      Pengujian BOD5.20
·         Pembuatan air pengencer :
Setiap liter aquades + 1 ml buffer BOD + 1 ml MgSO4 + 1 ml CaCl2 + 1 ml FeCl3 kemudian diaerasi selama 1 jam.
·         Pengenceran sampel menggunakan rancangan 4 botol oksigen.
·         Berdasarkan DO segera 6,517 mg/l, maka pengencerannya adalah 4x.
·         250 ml sampel dicampurkan dengan 750 ml air pengencer secara hati-hati melalui dinding gelas agar tidak terjadi aerasi.
·         Kemudian sampel yang telah diencerkan diisikan ke dalam 2 botol oksigen yang telah diketahui volumenya, masing-masing diberi label DOs AC dan DOe AC
·         2 botol lain yang telah diketahui volumenya diisi dengan air pengencer, diberi tanda DOs AP dan DOe AP
·         DOs AP dan DOs AC ditentukan segera oksigen terlarutnya, sedangkan 2 botol yang lain ditutup (DOe AP dan DOe AC) dan dimasukkan ke dalam inkubator 20°C selama 5 hari.
·         Setelah 5 hari, 2 botol tersebut ( DOe AP dan DOe AC ) diperiksa DO-nya.
d.      Pemeriksaan COD
1.      Alat 
No
Nama Alat
Jumlah
1
Tabung COD Tutup Ulir
1 buah
2
Pipet ukur
1 buah
3
Mat Pipet
1 buah
4
Buter Asam
1 buah
5
Labu Erlenmeyer 100 ml
1 buah
6
Statif
1 buah
7
Sendok Penyu
1 buah
8
Glass Beaker
1        buah

2.      Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah
1
Reactor COD
Secukupnya
2
Ferro Alumunium Sulfat (FAS) 0,1 N
Secukupnya
3
H2SO4 Pro COD
3 ml
4
HgSO4 Kristal
Sepucuk Sendok
5
K2Cr2O7 0,025 N
1,00 ml
6
Indikator Ferroin
1-3 tetes
7
Air Lindi
1,75 ml
8
Aquades
Secukupnya

3.      Cara Kerja
·         Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, cuci alat-alat yang terbuatdari kaca dengan aquadest hingga bersih.
·         Menyiapkan dua tabung reaksi tutup ulir, member tanda “blanko” pada tabung yang satu dan tanda “sampel” pada tabung yang lain.
·         Pada tabung blanko (BL) tambahkan 2 ml aquadestdan 3 ml H2SO4 pro COD dengan pipet ukur 10 ml.
·         Tambahkan 1 ml K2Cr2O7 dengan pipet volume dan sepuncuk sendok HgSO4 kristal. Gojok hingga tercampur homogen.
·         Pada tabung sampel (SP) tambahkan 2 ml sampel dan 3 ml H2SO4 pro COD dengan pipet ukur 10 ml. Tambahkan 1 ml K2Cr2O7 dengan pipet volume dan sepuncuksendok HgSO44 kristal. Gojok hingga tercampur homogeny.
·         Masukkan BL dan SP kedalam reaktor COD selama 2 jam pada suhu 150oC.
·         Siapkan dua labu Erlenmeyer bertanda BL atau “blanko” pada labu yang satu dan tanda SP atau “sampe” pada labu yang lain.
·         Siapkan titran FAS 0,1 N kedalam buret asam sebanyak 50 ml.
·         Dinginkan tabung “sampel” dan “blanko” hingga benar-benar dingin, kemudian pindahkan kedalam labu Erlenmeyer sesuai dengan tandanya.
·         Tambahkan 1-3 tetes indicator Ferroin pada masing-masing labu Erlenmeyer
·         Lakukan titrasi dengan titran FAS 0,1 N.
·         Amati perubahan warna dari kuning menjadi warna coklat atau merah bata. Catat volume awal, volume akhir, dan volume titrasi.
e.       Pemeriksaan TSS
1.      Alat:
·         Gelas kimia
·         Gelas ukur
·         Petridish
·         Corong kaca
·         Pinset
·         Krustang
·         Desikator
·         Hot plate
·         Oven
·         Neraca analitik
2.      Bahan:
·         Sampel air lindi
·         Aguadest
·         Kertas saring
3.      Cara Kerja
·         Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
·         Memasukkan kertas saring kedalam oven swlama 1 jam dengan suhu 105
·         Setelah dioven, memindahkan kertas saring kedalam desikator selama 15 menit
·         Menimbang massa kertas saring dengan neraca analitik hingga ketelitian 4 digit debelakang koma
·         Mengambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur 100 ml
·         Mengambil kertsa saring yang sudah diketahui beratnya dengan pingset, kemudian diletakkan pada corong kaca
·         Menyaring air sampel kedalam gelas kimia melalui kertas saring dalam corong kaca
·         Memasuukan 5 ml aquadest kedalam gelas ukur kemudian menuangkan kembali kedalam gelas kimia melalui corong kaca dengan kertas saring
·         Meletakkan kertas saring kedalam cawan perti kemudian di oven selama 1 jam dengan suhu 105
·         Setelah dioven memindahkan kertsa saring ke dalam desikator selama 15 menit
·         Menimbang massa cawan petri yang berisi kertas saring dengan neraca analtik
·         Menghitung TSS dengan menggunakan rumus

f.       Pemeriksaan Pb
1.      Alat dan Bahan
a)      Tabung reaksi
b)      Timbangan
c)      Corong kaca
d)     Sendok
e)      Pipet tetes
f)       Rak tabung
g)      Larutan KI
h)      Aquades
i)        Kertas saring
2.      Cara Kerja
a)      Menyiapkan alat dan bahan
b)      Menimbang tanah 1 gram lalu masukkan dalam tabung reaksi dan ditambah 10 ml pengencer
c)      Mengaduk dan tunggu sampai mengendap
d)     Setelah mengendap saring dengan kertas saring yang sudah dilipat pada corong kaca
e)      Setelah di saring tambahkan larutan KI 1 tetes
f)       Jika terdapat endapan berwarna kuning perarti (+) ada Pb

g.      Pemeriksaan Angka Jamur
1.      Alat
·             Sendok Tanah
·             Timbangan
·             Labu Erlenmeyer
·             Tabung Reaksi
·             Rak Tabung
·             Ose
·             Lampu Spirtus
·             Petridish Steril
2.      Bahan
·             Tanah
·             Aquadest
·             PDA
3.      Cara Kerja
·               Menyiapkan alat dan bahan.
·               Menimbang sampel tanah 10 gram.
·               Mengencerkan sampel tanah di labu erlenmeyer dengan aquadest sebanyak 100 ml.
·               Membuat kontrol dengan mengambil dari pengencer steril (aquadest) 1 ml dan memasukkan ke dalam petridish kontrol.
·               Mengambil 1 ml sampel dan menanam di tabung pengencer 101 ,
·               Mengambil 1 ml dari tabung pengencer 101 kemudian menanam lagi ke tabung pengencer 102,
·               Mengambil 1 ml cairan pada tabung pengencer 102,  dan menanam di tabung pengencer 103 ,
·               Mengambil 1 ml dari tabung pengencer 103 kemudian menanam lagi ke tabung pengencer 104,
·               Mengambil 2 ml cairan dari tabung pengencer 104, kemudian memasukkan 1 ml ke dalam tabung pengencer 105, dan 1 ml ke dalam petrisih 104.
·               Mengambil 1 ml cairan dari tabung pengencer 105, kemudian memasukkan ke dalam petridish 105.
·               Menambahkan PDA ke dalam petridish kontrol, petridish 104, dan petridish 105. Kemudian menyampurkan serta menunggu sampai agar mengeras.
·               Menginkubasikan dalam inkubator 370C selama 2 X 24 jam.
·               Menghitung jumlah kuman dalam petridish.

h.      Pemeriksaan Cacing
1.      Alat
·         Sendok tanah
·         Sentrifuse
·         Tabung  sentrifuse
·         Rak tabung reaksi
·         Microskop
·         Obyek glass
·         Deck glass
·         Tabung reaksi
·         Timbangan
·         Lidi
2.      Bahan
·         Sampel tanah
·         Larutan MgSO4
·         Aquades
·         Alkohol
3.      Cara Kerja
·         Menimbang sampel tanah dibersihkan dari kerikil dan daun—daunan sebanyak 1 gram.
·         Memasukan kedalam tabung sentrifuse.
·         Menambahkan 20 ml aquadest ke dalam tabung yang berisi tanah.
·         Mengadung dengan menggunakan lidi.
·         Memasukkan tabung kedalam sentrifuse dan menghidupkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit dan buang cairan diatasnya. Lakukan sampai cairan aquadest terlihat jernih.
·         Setelah cairan aquadest terlihat jernih, buang cairan dan ganti dengan MgSO4 kedalam tabung dan masukkan kedalam sentrifuse dan hidupkan dengan kecepatan 2000 rpm selama 3 menit.
·         Setelah 3 menit, tabung diletakkan pada rak dan ditambah MgSO4 sampai permukaan menjadi cembung.
·         Menutup deck glass pada tabung dan tunggu selama 30 menit. Jika terdapat telur dan larva dalam tanah tersebut maka telur dan larva suddah mengapung dan menempel pada deck  glass.
·         Memindahkan deck glass ke atas obyek glass.
·         Mengamati dibawah mikroskop.

i.        Kepadatan Lalat
1.      Alat dan Bahan
a)      Block Grill                                               
b)       Sarung tangan                             
c)       Masker
d)      Counter
e)       Alat Tulis
f)        Stopwatch
g)       Hlem kerja
h)       Alat tulis
2.      Cara Kerja
a)      Tentukan titik tengah pengukuran kepadatan lalat dan beri tanda (T-1)
b)      Ukur jarak dan titik tengah sepanjang 10 meter (T-2), 20 meter (T-3), 30 meter (T-4) 40 meter (T-5) dan 50 meter (T-6) kea rah permukiman terdekat , masing-masing beri tanda
c)      Siapkan alat tulis
d)     Lakukan pengukuran kepadatan lalat pada masing masing titik dengan cara:
1)      Letakan blok gril pada titik sampling T-1
2)      Hitunglah lalat yang hinggap keblok bgril dengan counter dalam waktu 30 detik menggunakan stopwatch
3)      Catat jumalah lalat yang hinggap dalam table
4)      Ulangi pengukuran lalat sebanyak 10 kali
5)      Catat jumlah lalat yang hinggap dalam table
6)      Lalukan pengukuran yang sama seperti poin 1-5 T-2 T-6
7)      Lakukan perhitiungan kepadatan lalat dengan cara mengambil jumlah lalat terbesar pada 5 (lima) kali pengukuran, dijumlahkan dan dirata rata untuk masing masing titik sampling
8)      Rata-Rata yang ada merupakan tingkat kepadatan lalat masing masing titik
e)      Buatlah grafik tingkat kepadatan lalat
f)       Cocokan tingkat kepadatan lalat dengan standar
g)      buatkan rekomendasi interpretasi darai kepadatan lalat yang ada berdasar    standar






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

     A.    Pengolahan Air Lindi
             Hasil akhir dari pengolahan lindi ini kemudian dibuang pada badan air, yaitu Sungai Opak. Pada musim penghujan seperti saat ini, inlet limbah lindi menjadi lebih banyak dan kapasitas pengolahan kurang memadai sehingga terdapat kebocoran inlet yang belum melalui pengolahan bercampur dengan outlet dari pengolahan.

     B.     Pemeriksaan Kimia Air Lindi
1.      DO dan BOD
Ø  Pemeriksaan Oksigen Terlarut (DO)
Volume dititrasi                      = 201,3
Volume titrasi Na2S2O3           =6,05
Konsentrasi Na2S2O3            = 0,025 N
Faktor Na2S2O3                     = 0,98
BE O2                          = 8
Ø  Perhitungan Oksigen Terlarut (DO)
=        1000       x ml titrasi x kons. Na2S2O3 x F Na2S2O3 x BE O2
    Vol. dititrasi
= 1000  x 6,05 ml x 0,025 N x 0,98 x 8
     200
=  5,929 mg/l
Ø  Pemeriksaan BOD5.20
Sampel
Vol.
Botol O2
(ml)
Vol.
Dititrasi
(m)
Vol. Titrasi Na2S2O3
(ml)
DOs air pengencer
263
203,1
7,55
DOe air pengencer
315
202,5
7,1
DOs sampel+pengencer
318
202,5
6,8
DOe sampel+pengencer
318
202,5
1,9
Konsentrasi Na2S2O3          = 0,025 N
Faktor Na2S2O3                  = 0,98
BE O2                                   = 8

Ø  Perhitungan BOD5.20
·           Pengenceran
DO segera sampel          = 5,929   mg/l
Pengenceran       = 200 x
Dipilih pengenceran 200x yaitu 5 ml sampel diencerkan dengan air pengencer sampai 1000 ml.
·           DO segera Air Pengencer
=       1000   x ml titrasi x kons. Na2S2O3 x F Na2S2O3 x BE O2
    Vol.dititrasi
= 1000  x 7,55 ml x 0,025 N x 0,98 x 8
   200
= 7,399 mg/l ( A )
·           DOe Pengencer
100           x ml titrasi x kons. Na2S2O3 x F Na2S2O3 x BE O2
    Vol. dititrasi
= 1000  x 7,1 ml x 0,025 N x 0,98 x 8
     200               
= 6,958 mg/l  (B )
·           DO segera campuran
=       1000     x ml titrasi x kons. Na2S2O3 x F Na2S2O3 x BE O2
    Vol. dititrasi
= 1000  x 6,8 ml x 0,025 N x 0,98 x 8
     200
= 6,664mg/l ( C )
·           DOe Campuran
100           x ml titrasi x kons. Na2S2O3 x F Na2S2O3 x BE O2
    Vol. dititrasi
= 1000  x 1,9 ml x 0,025 N x 0,98 x 8
     200
= 1,862 mg/l
BOD    = ( (DOs CP- DOe Cp) –(DOs P- DOe P)) mg/l  × Pengenceran
                        = ((6,664-1,862 )-( 7,399 -6,958 ) )mg/l x 100
                        =(4,802- 0,441) mg/l x100
                        =(4361) mg/l x 100
=436,1 mg/l
  Ø  Pembahasan
            Dari pemeriksaan air lindi untuk kadar DO, BOD di kolam 3 didapatkan hasil sebesar 436,1 mg/l untuk BOD. Berdasarkan kategori BOD air lindi organik, masuk ke dalam kekuatan air lindi rendah yaitu kisaran 220-750 mg/l. Tetapi syarat untuk dapat dibuang ke perairan yaitu 30 mg/l, agar tidak mencemari lingkungan perairan. Untuk kadar DO di kolam 3 sangat rendah yaitu sekitar 0,0293 mg/l. Dari hasil tersebut berarti air lindi di TPS piyungan belum layak untuk dibuang ke perairan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kapasitas pengolahan belum sesuai dengan volum lindi yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari kolam lindi yang belum diolah masuk ke kolam lindi yang sudah diolah

2.      COD
Ø  Hasil Pemeriksaan Sampel
No
Volume
Hasil
1
Volume awal
21,5  ml
2
Volume akhir
24,6 ml
Selisih
3,1 ml



Ø  Hasil Pemeriksaan Blanko
No
Volume
Hasil
1
Volume awal
24,6  ml
2
Volume akhir
29,4 ml
Selisih
4,8 ml

Rumus Pemeriksaan COD :
COD         =   x  x F. FAS x N x BEO2
                  =  x ( 4,8 ml – 3,1ml) x 0,1 x 0,937 x 8
                  =
                  =  637,16 mg/l O2
Jadi dari hasil pemeriksaan COD pada sampel air lindi adalah sebesar 637,16 mg/l O2
Ø  Pembahasan
Dalam pemeriksaan COD pada air lindi pada TPST Piyungan menggunakan 2 tabung tutup ulir yaitu untuk sampel dan blanko. Pada tabung blanko (BL) tambahkan 2 ml aquadest dan pada botol sampel di tamabahkan 2 ml sampel air lindi kemudian masing masih tbung ulir di tambahkan  3 ml H2SO4 pro COD dengan pipet ukur 10 ml. Tambahkan 1 ml K2Cr2O7 dengan pipet volume dan sepuncuk sendok HgSO4 kristal kemudian tambahkan gojok hingga tercampur homogen.Masukkan tabung ulir samel dan blanko kedalam reaktor COD selama 2 jam pada suhu 150oC. Kemudian setelang di  panaskan selama 2 jam masukkan masing masing tabung ulir pada labu erlenmeyer untuk di titrasi dengna FAS 0,1 N , amati perubahan warna dari kuning menjadi kecoklatan atau merah bata. Pada pemeriksaan COD air lindi dihasilkan volume awal pada tabung sampel sebesar 21,5 ml dan volume akhir 24,6 ml.  Sedangkan  pada tabung blanko volume awal sebesar 24,6 ml dan volume akhir sebesar 29,4 ml. Setelah dihitung dengan rumus dihasilkan COD sebesar 637,16 mg/l O2. Ambang batas COD pada air limbah sebesar 200 mg/l sedangkan hasil dari pemeriksaan adalah 637,16 mg/l ini membuktikan bahwa kadar COD dalam air lindi melebihi ambang batas tercemar.


3.      TSS
Ø  Perhitungan
Diketahui:
Volume sampel                : 40 ml
Massa kertas saring awal  : 0,3462 gram
Massa kertas saring akhir : 0,3621 gram
     Kadar TSS =
Kadar TSS =
          = 397,5 mg/l
Ø   Pembahasan
      Dari pratikum pemeriksaan lindi yang telah dilakuakn diketahui kadar total suspended solid (TSS) atau padatan tersuspensi sebesar 397,5 ppm. Nilai ini masih belum memenuhi persyaratan, sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001 maksimal kadar TSS yang di perolehkan sebanyak 50 ppm.

     C.    Pemeriksaan Fisik tanah
1.      Hasil
Ø  Suhu didapatkan hasil 3,3
Ø  pH didapatkan hasil 6,6
Ø  Kelembaban 85 %
2.      Pembahasan
      Pengambilan sampel tanah  dilakukan di sekitar tumpukan sampah berdekatan dengan pagar pembatas.  Dalam menentukan lokasi pengambilan sampel sebaiknya titik pengambilan sampel tanahnya terbuka dalam artian tidak mengambil sampel tanah dari, selokan, tanah tererosi sekitar TPST, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
      Sebelum dilakukan pengambilan   sampel   tanah   ,   permukaan   tanah   yang   akan   diambil   sampel tanahnya   harus   dibersihkan   terlebih   dahulu     dari   rumput-  rumputan,   sisa tanaman, bahkan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.Selain itu alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat. Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk keperluan lain. pH tanah yang diperiksa = 3,3  menunjukkan bahwa kondisi tanah tersebut   asam,   kurang   baik   untuk   pertumbuhan   tanaman yang ada, untuk pertumbuhan tanaman yang baik pH tanah mendekati netral (tujuh).

    D.    Pemeriksaan Mikrobiologi Tanah
1.      Jamur
a)      Hasil
Ø  Kontrol (k)           : 84 kuman
Ø  104 (a)                   : 110 kuman
Ø  105 (b)                   : 194 kuman
b)      Perhitungan
JK        =         
=           
=
=         
=          563 x 104
=          563 x 103 koloni
c)      Pembahasan
            Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel tanah untuk pemeriksaan angka jamur yang diambil di TPST Piyungan dan dilakukan pemeriksaan di laboratorium mikrobiologi menunjukkan hasil bahwa angka jamur yang didapatkan sebanyak 563.000 koloni.

2.      Cacing Pada Tanah
a)      Hasil
            Dari hasil praktikum pemeriksaan telur cacing pada sampel tanah kelompok 4 dengan melakukan pemeriksan sampel tanah di TPSP Piyungan Bantul dan hasil yang diperoleh yaitu negative  terhadap telur atau larva cacing.
b)     Pembahasan
            Pada praktikum pemeriksaan telur cacing pada tanah, jenis tanah yang kami periksa adalah tanah basah dan kering terdapat pada TPSP Piyungan Bantul. Meskipun aman dan tidak mengandung telur juga larva cacing akan tetapi dapat memungkinkan adanya cacing pada tanah tersebut. Dalam praktikum ini tanah yang diperiksa di rendam dengan larutan MgSO4. Hal ini karena larutan MgSO4 mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibandingkan dengan telur cacing sehingga telur cacing akan mengendap. Setelah dilakukan pemeriksaan berulang-ulang, hasilnya tetap negatif.
            Pencegahan penyakit parasit tergantung pada didirikannya pertahanan terhadap penyebaran parasit dengan menerapkan secara praktis pengetahuan biologi dan epidemiologi parasit. Hampir semua parasit pada suatu saat dalam lingkaran hidupnya rentan terhadap tindakan pemusnahan yang khusus. Tindakan-tindakan dalam pemberantasan penyakit parasit :
·   Mengurangi sumber infeksi pada manusia dengan tindakan terapi.
·   Pendidikan menjaga diri untuk mencegah penyebaran infeksi dan untuk mengurangi kesempatan mendapat infeksi.
·   Pengawasan terhadap sumber air, makanan, keadaan tempat hidup dan tempat bekerja serta pembuangan sampah.
·   Pemusnahan atau pemberantasan hospes reservoir dan vektor.
·   Mendirikan pertahanan biologi terhadap penularan parasit.

3.      Kolonisasi Lalat
a)      Hasil
NO
Titik sampling
Jumlah lalat yang hinggap di blcok gril pada 30 detik ke
Rata-rata pengukuran dari 5 yang terbesar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
T-1
12
12
10
10
15
17
20
16
7
23
18,2
2
T-2
0
4
5
3
4
3
4
2
5
4
4,4
3
T-3
4
6
3
1
4
2
6
3
5
2
5
4
T-4
3
8
9
5
4
7
6
6
11
10
9
5
T-5
6
3
5
5
4
15
10
9
8
7
11
6
T-6
7
9
9
5
4
11
10
6
8
12
10,2
Rata-rata jumlah Kepadatan Lalat di TPST Piyungan adalah :  10 ekor/ 5 detik.
b)     Pembahasan  
        Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa spesies Musca domestica (lalat rumah) merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di TPST Piyungan. Hal ini dapat dikarenakan sampah yang terdapat di TPST sebagian besar merupakan sampah rumah tangga. Lalat rumah ini mengandalikan insting tertarik pada bau-bau yang khas yaitu pada sampah yang membusuk. Hal ini dapat dipastikan bahwa di TPST Piyungan merupakan tempat menyediakan banyak makanan bagi lalat hijau. Selain itu, Jenis lalat S. calcitrans (L) merupakan lalat yang memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding dengan L. illustris dan M. domestica. Jenis lalat ini memiliki warna tubuh hitam sampai kecoklatan dan mata berwarna mengkilap. Menurut Cristina (1991), induk dari S. calcitrans (L) biasanya meletakkan telur di permukaan daun atau tempat-tempat yang terletak di atas permukaan air. Larvanya bersifat akuatik, pada dewasa jantan sering terdapat pada bunga-bunga untuk mengambil pollen/nektar. Sedangkan pada spesies betina menghisap darah dan sering sebagai hama penting bagi manusia atau binatang seperti pada kuda, sapi, kijang dan sebagai vektor penyakit. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa spesies S. calcitrans (L) betina sering hinggap pada tubuh sapi-sapi yang digembalakan di area TPST Piyungan dan dapat menjadi hama dengan menghisap darah sapi.
        Kepadatan lalat yang paling tinggi terdapat pada lokasi TPA dengan sampah yang baru, dengan nilai rata-rata kepadatan mencapai
 10 ekor/ 5 detik. Dari hasil interpretasi kepadatan lalat ini sangat tinggi. Di pemukiman yang jaraknya ± 500 meter dari lokasi TPA juga memiliki jumlah individu lalat yang padat. Selain faktor ketersediaan makanan bagi lalat di pemukiman (makanan manusia atau sisa makanan), menurut Anonim2 (2007), lalat juga dapat terbang jauh mencapai 1 kilometer. Hal tersebut juga memungkinkan lalat di TPA untuk dapat berada di area pemukiman.



4.      Pb Dalam Tanah
a)      Hasil
      Dari hasil praktikum pemeriksaan Pb dalam sampel tanah kelompok 4 dengan melakukan pemeriksan sampel tanah di TPSP Piyungan Bantul dan hasil yang diperoleh yaitu negative  terhadap Pb dalam tanah.
b)     Pembahasan
            Hasil pemeriksaan Pb pada sampel tanah di TPST Piyungan didapatkan hasil yang negatif. Hal ini dapat dikarenakan pengambiln sampel tanah yaitu di sekitar pinggir tumpukan sampah yang tidak terlalu banyak terdapat timbunan sampah. Apabila pengambilan sampel berlokasi di tengah-tengah timbunan sampah terutama timbunan sampah logam, maka dapat diperkirakan hasil pemeriksaan Pb dalam tanah akan menunjukan hasil yang positif.




BAB V
PENUTUP

      A.    Kesimpulan
Dari Praktikum Lapangan yang bertempat di TPST Piyungan, didapatkan hasil :
1.      Hasil akhir dari pengolahan lindi dibuang pada badan air, yaitu Sungai Opak
2.      Oksigen Terlarut (DO) =  5,929 mg/l
3.      BOD = 436,1 mg/l
4.      COD = 637,16 mg/l O2
5.      Kadar TSS = 397,5 mg/l
6.      Suhu didapatkan hasil 3,3
7.      pH didapatkan hasil 6,6
8.      Kelembaban 85 %
9.      Angka Jamur Tanah = 563 x 103 koloni
10.   Telur atau Larva Cacing = Negative
11.  Rata-rata jumlah Kepadatan Lalat =  10 ekor/ 5 detik.
12.  Pb pada tanah = Negative

B.     Saran
Dari laporan praktikum ini praktikan menyarankan untuk
1.      Warga Sekitar TPST Piyungan :
a.       Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah dari bahaya yang ditimbulkan oleh timbunan sampah
b.      Selalu menjaga kesehatan dari berbagai ancaman penyakit dari timbunan sampah.
2.      Para Praktikan lain :
a.       Selalu bersikap sopan kepada petugas dan warga sekitar TPST Piyungan.
b.      Tidak mengganggu keberadaan hewan ternak milik warga saat melakukan praktikum
c.       Teliti dalam memeriksa kualitas tanah dan air lindi di TPST Piyungan.




DAFTAR PUSTAKA

kana-hapaki.blogspot.co.id/2014/01/peeriksaan-ts-tss-tds.html

Depkes RI

1 komentar: